Tiga Tingkatan Motivasi Ibadah Menurut Ibnu Sina

Ibadah

Ibnu Sina, seorang filsuf muslim kenamaan, menyebutkan bahwa ibadah seorang hamba di hadapan Allah itu memiliki tiga tingkatan.

Tingkat Pertama (Terrendah)

Yaitu ibadah karena takut akan siksa neraka Allah Swt. Layaknya budak/ pekerja yang bekerja karena takut teguran Tuannya. Ia tidak termotivasi guna mendapatkan kepuasan atau mendapat pencapaian tertentu, namun sekedar menunaikan kewajiban sebagaimana aturan yang ditetapkan. Ia hanya sekedar menghindari kesalahan agar tidak mendapat amarah tuannya dalam hal ini Allah Swt.

Sekalipun ini merupakan tingkat terrendah, namun motivasi semacam ini bukan hal yang salah. Bahkan Allah Swt juga meminta agar kita hanya takut kepada-Nya;

Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Dan agar Kusempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk” (QS. Al-Baqarah [2]: 150).

Tingkat Kedua (Menengah)

Beribadah karena mengharapkan surga Allah Swt, layaknya pedagang yang melakukan berbagai hal demi mendapat keuntungan. Mereka yang mengharapkan keuntungan atau sebuah pencapaian pada hakikatnya juga memiliki motivasi tingkat pertama yakni menghindari/ takut melakukan kesalahan, namun lebih dari itu Ia akan melakukan atau memberikan nilai lebih dalam pekerjaanya (Service Excellence), sehingga Ia memiliki keunggulan dibanding pesaingya, atau dalam hal ini mendapat perhatian dan penilaian lebih dari Allah Swt.

Tingkat Ketiga (Tertinggi)

Beribadah karena cinta dan mengharap ridho Allah Swt. Layaknya seorang Ibu yang ikhlas merawat anaknya karena cinta.
Kaum sufi menjelaskan bahwa ada perbedaan antara ‘ibadah (pengabdian) dan ‘ubudiyyah (penghambaan diri) kepada Allah Swt. Ibadah adalah melakukan hal-hal yang dapat membuat ridha Allah Swt, sedang ‘ubudiyyah adalah meridhai (mencintai setulusnya) apa yang dilakukan dan/atau ditetapkan Allah Swt. Dengan demikian, penghambaan diri jiwa dan raga sepenuhnya kepada Allah Swt menempati posisi tertinggi.

Wallahua’lam.

Share this post;