Kriteria Usia Penuh Berkah
Sahabat sejahtera tentunya pernah mendengar ucapan atau Do’a “Barakallahu fii umrik!” semoga Allah memberkahimu dalam usiamu. namun apakah kita tahu makna dari usia yang berkah?
“Sebaik-baik manusia ialah yang lanjut (panjang) umurnya dan baik amal perbuatannya. Sedangkan seburuk-buruk manusia ialah yang panjang umurnya dan jelek amal perbuatannya.” (H.R. At-Tirmidzi).
Dari hadist diatas dapat kita pahami bahwa usia yang berkah mencakup usia yang panjang yang dihiiasi dengan amalan sholih. Sehingga usia yang hanya sekedar panjang namun tidak dihiasi dengan amalan sholih maka menjadi usia yang sia-sia, terlebih jika diisi dengan amalan tercela/ maksiat maka menjadi sebuah usia yang mencelakakan.
Mari kita bermuhasabah, adakah usia kita sampai dengan saat ini telah menjadi usia penuh berkah ataukah tidak. Berikut beberapa kriteria usia yang penuh keberkahan;
1. Usia untuk ibadah
Setiap aktivitas dapat menjadi Ibadah sepanjang tidak ada larangan dan diniatkan ikhlas mengharap ridho Allah SWT. Maka kriteria pertama usia yang penuh berkah adalah mereka yang selalau melaksanakan setiap aktivitas sebagai Ibadah, disamping Ibadah mahdhah yang secara khusus diatur syariat seperti sholat, puasa dll. Lisannya senantiasa basah dengan dzikir, serta hatinya terpaut pada Allah SWT.
2. Usia tidak untuk maksiat
Kebalikan dari poin pertama, maka kita harus senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan maksiat atau dosa. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, jika kita masih terjerat dalam kemaksiatan maka sungguh usia kita menjadi usia yang mencelakakan baik di dunia maupun diakhirat.
Maka mari berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjauhi segala bentuk perbuatan dosa dan hal yang sia-sia (unfaedah), serta bilamana kita telah tergelincir berbuat kemaksiatan sekecil apapun bentuknya, maka bersegera untuk bertaubat dan berupaya untuk tidak mengulanginya kembali.
3. Usia untuk aktif dalam kegiatan sosial
Orang yang diberkahi usianya oleh Allah Swt. memiliki kepedulian sosial yang baik. Ia tidak hanya mementingkan diri sendiri dan keluarganya. Namun, juga memedulikan kesejahteraan orang lain.
Hatinya penuh dengan rasa empati, merasa apa yang menjadi kesulitan/ kesusahan orang lain menjadi bagian dari tanggung jawabnya.
Tentunya bentuk aplikatif dari hal ini adalah senantiasa bersedekah, berinfak dsb melalui lembaga penerima dan penyalur ZIS yang terpercaya, sala satunya ULAZ MKU Fajar Bina Sejahtera.
Bersedekah bukan hanya dalam bentuk uang, namun juga ilmu, tenaga, pikiran serta kehadiran kita dalam saling menjaga dan memberikan ketenangan.
4. Usia yang produktif & jauh dari rasa malas
Bermalas-malasan dan berleha-leha merupakan akhlak tercela yang harus dijauhi oleh mereka yang ingin usianya diberkahi oleh Allah Swt.
Kita harus senantiasa beraktivitas yang produktif dan/atau bermanfaat atau setidaknya senantiasa rajin dan disiplin dalam berbagai hal, seperti bersih-bersih, beribadah, bekerja dls.
5. Usia untuk mencari ilmu
Imam Hasan al-Bashri pernah ditanya seseorang yang usianya sudah 80 tahun. Apakah orang tua itu masih pantas untuk menuntut ilmu? Imam Hasan menjawab, “Jika ia masih pantas hidup.”
Tidak ada batasan usia untuk menuntut ilmu. Usia yang berkah adalah yang senantiasa digunakan atau memiliki kebiasaa untuk terus menuntut ilmu dalam bentuk apapun dan kesempatan apapun, baik denagn mendengarkan ceramah, mengikuti pengajian, membaca buku atau memang mengkhususkan untuk ta’lim intensif. Dalam prinsipnya, ia tidak mau menyia-nyiakan hidup. Maka, ia akan terus berusaha mencari ilmu hingga ajal menjemputnya.
6. Tawakal dan istikamah
Mereka yang usianya berkah pun berusaha untuk tawakal dan istikamah dalam kehidupannya. Ia akan bertawakal hanya kepada Allah Swt. dan melepaskan diri dari ketergantungan kepada makhluk selain Allah Swt. Ia pun akan berusaha untuk selalu istikamah di jalan kebenaran hingga ajal menjemputnya.
7. Husnul Khatimah
Dan terakhir, orang yang usianya mendapat keberkahan dari Allah Swt. adalah meninggal dalam kondisi yang baik/husnul khatimah. Meninggal yang baik di sini maksudnya ia mengucapkan lafaz la illaha illallah sebelum nyawanya dicabut malaikat izrail.
“Barangsiapa akhir dari ucapannya adalah la illaha illallah, maka dia masuk surga.” (H.R. Al-Hakim dengan sanad hasan dari Mu’adz).